MemangsaOrang Lemah. Berbeda dengan Bandit Sosial dan Don Corleone, Bandit Politik, atau politisi bandit adalah mereka yang selalu memperjuangkan keserakahannya terhadap uang dan kekuasaan. Mangsanya negara, bawahannya, dan orang lemah, rakyat bawah yang tak punya akses finasial maupun kekuasaan. Para bandit politik, merampok suara rakyat pada
Berikut cerita rakyat asal Provinsi Riau, Alue hari Sultan Meurah mendapat kabar tentang keresahan rakyatnya di suatu tempat, lalu beliau mengunjungi tempat tersebut yaitu sebuah desa di pinggiran Kuta Raja untuk mengetahui lebih lanjut keluhan rakyatnya.“Tuanku banyak ternak kami raib saat berada di bukit Lamyong,” keluh seorang peternak. “Terkadang bukit itu menyebabkan gempa bumi sehingga sering terjadi longsor dan membahayakan orang yang kebetulan lewat dibawahnya,” tambah yang lainnya. “Sejak kapan kejadian itu?” Tanya Sultan Meurah. “Sudah lama Tuanku, menjelang Ayahanda Tuanku mangkat,” jelas yang di istana Sultan memanggil sahabatnya Renggali, adik dari Raja Linge Mude. “Dari dulu aku heran dengan bukit di Lamnyong itu,” kata Sultan Meurah. “Mengapa ada bukit memanjang disana padahal disekitarnya rawa-rawa yang selalu berair,” sambung Sultan Meurah. “Menurut cerita orang tua, bukit itu tiba-tiba muncul pada suatu malam,” jelas Renggali, “abang hamba, Raja Linge Mude, curiga akan bukit itu saat pertama sekali ke Kuta Raja, seolah-olah bukit itu mamanggilnya,” tambahnya. “Cobalah engkau cari tahu ada apa sebenarnya dengan bukit itu!” Perintah berangkatlah Renggali menuju bukit itu, dia menelusuri setiap jengkal dan sisi bukit tersebut, mulai dari pinggir laut di utara sampai ke kesisi selatan, “bukit yang aneh, “bisik Renggali dalam hati. Kemudian dia mendaki bagian yg lebih tinggi dan berdiri di atasnya, tiba-tiba dari bagian di bawah kakinya mengalir air yang hangat. Renggali kaget dan melompat kebawah sambil berguling.“Maafkan hamba putra Raja Linge!” Tiba-tiba bukit yang tadi di pinjaknya bersuara. Renggali kaget dan segera bersiap-siap, “siapa engkau?” Teriaknya. Air yg mengalir semakin banyak dari bukit itu membasahi kakinya, “hamba naga sahabat ayahmu,” terdengar jawaban dari bukit itu dikuti suara sangat kaget dan di perhatikan dengan seksama bukit itu yang berbentuk kepala ular raksasa walaupun di penuhi semak belukar dan pepohonan. “Engkaukah itu? Lalu di mana ayahku? Tanya Renggali. Air yang mengalir semakin banyak dan menggenangi kaki Renggali. “Panggilah Sultan Alam, hamba akan buat pengakuan!” Isak bukit tersebut. Maka buru-buru Renggali pergi dari tempat aneh tersebut. Sampai di istana hari sudah gelap, Renggali menceritakan kejadian aneh tersebut kepada Sultan.“Itukah Naga Hijau yang menghilang bersama ayahmu?” Tanya Sultan Meurah penasaran. “Mengapa dia ingin menemui ayahku, apakah dia belum tahu Sultan sudah mangkat?” tambah Sultan Meurah. Maka berangkatlah mereka berdua ke bukit itu, sesampai disana tiba-tiba bukit itu bergemuruh. “Mengapa Sultan Alam tidak datang?” Suara dari bukit. “Beliau sudah lama mangkat, sudah lama sekali, mengapa keadaanmu seperti ini Naga Hijau? Kami mengira engkau telah kembali ke negeri mu, lalu dimana Raja Linge?” Tanya Sultan Meurah. Bukit itu begemuruh keras sehingga membuat ketakutan orang-orang tinggal dekat bukit itu.“Hukumlah hamba Sultan Meurah,” pinta bukit itu. “Hamba sudah berkhianat, hamba pantas dihukum,” lanjutnya. “Hamba sudah mencuri dan menghabiskan kerbau putih hadiah dari Tuan Tapa untuk Sultan Alam yang diamanahkan kepada kami dan hamba sudah membunuh Raja Linge,” jelasnya. Tubuh Renggali bergetar mendengar penjelasan Naga Hijau, “bagaimana bisa kamu membunuh sahabatmu sendiri?” Tanya Renggali.“Awalnya hamba diperintah oleh Sultan Alam untuk mengantar hadiah berupa pedang kepada sahabat-sahabatnya, semua sudah sampai hingga tinggal 2 bilah pedang untuk Raja Linge dan Tuan Tapa, maka hamba mengunjungi Raja Linge terlebih dahulu, beliau juga berniat ke tempat Tuan Tapa untuk mengambil obat istrinya, sesampai di sana Tuan Tapa menitipkan 6 ekor kerbau putih untuk Sultan Alam, kerbaunya besar dan ada amanah dari Tuan Tapa maka Raja Linge memutuskan ikut mengantarkan ke Kuta Raja, karena itu kami kembali ke Linge untuk mengantar obat istrinya. Namun di sepanjang jalan hamba tergiur ingin menyantap daging kerbau putih tersebut maka hamba mencuri 2 ekor kerbau tersebut dan hamba menyantapnya, Raja Linge panik dan mencari pencurinya lalu hamba memfitnah Kule si raja harimau sebagai pencurinya, lalu Raja Linge perjalanan dari Linge ke Kuta Raja kami beristirahat di tepi sungai Peusangan dan terbit lagi selera hamba untuk melahap kerbau yang lezat itu, lalu hamba mencuri 2 ekor lagi, Raja Linge marah besar lalu hamba memfitnah Buya si raja buaya sebagai pencurinya maka dibunuhlah buaya itu. Saat akan masuk Kuta Raja, Raja Linge membersihkan diri dan bersalin pakaian ditepi sungai, lalu hamba mencuri 2 ekor kerbau dan menyantapnya tetapi kali ini Raja Linge mengetahuinya lalu kami bertengkar dan berkelahi, Raja Linge memiliki kesempatan membunuh hamba tetapi dia tidak melakukannya sehingga hamba lah yang membunuhnya,” cerita naga sambil berurai air mata.“Maafkanlah hamba, hukumlah hamba!” terdengar isak tangis sang naga. Mengapa engkau terjebak disini?” Tanya Sultan Meurah. “Raja Linge menusukkan pedangnya ke bagian tubuh hamba sehingga lumpuhlah tubuh hamba kemudian terjatuh dan menindihnya, sebuah pukulan Raja Linge ke tanah membuat tanah terbelah dan hamba tertimbun di sini bersamanya,” jelas sang naga.“Hamba menerima keadaan ini, biarlah hamba mati dan terkubur bersama sahabat hamba,” pinta Naga Hijau. “Berilah dia hukuman Renggali, engkau dan abangmu lebih berhak menghukumnya,” kata Sultan Meurah. “Ayah hamba tidak ingin membunuhnya, apalagi hamba, hamba akan membebaskannya,” jawab Renggali. “Tidak! Hamba ingin di hukum sesuai dengan perbuatan hamba,” pinta Naga Hijau. “Kalau begitu bebaskanlah dia!” Perintah Sultan berjalanlah mereka berdua mengelilingi tubuh naga untuk mencari pedang milik Raja Linge, setelah menemukannya, Renggali menarik dengan kuat dan terlepaslah pedang tersebut namun Naga Hijau tetap tidak mau bergerak. “Hukumlah hamba Sultan Meurah!” Pinta Naga Hijau. “Sudah cukup hukuman yang kamu terima dari Raja Linge, putranya sudah membebaskanmu, pergilah ke negerimu!” Perintah Sultan menangis naga tersebut menggeser tubuhnya dan perlahan menuju laut. Maka terbentuklah sebuah alur atau sungai kecil akibat pergerakan naga tersebut. Maka di kemudian hari daerah di pinggiran Kuta Raja itu disebut Alue Naga, disana terdapat sebuah sungai kecil yang disekitarnya di penuhi rawa-rawa yang selalu tergenang dari air mata penyesalan seekor naga yang telah mengkhianati sahabatnya.
Tempatmandi putri bungsu dan enam bidadari lainnya kemudian dikenal dengan telaga Bidadari. Pesan moral dari Dongeng Legenda Indonesia ini adalah jika kita menginginkan sesuatu, kita harus berusaha dengan cara yang baik dan sah menurut hukum. Kita tidak boleh mencuri atau mengambil barang / properti orang lain karena suatu hari kita akan Cerita Rakyat Alue Naga – Pada jaman dahulu kala ada sebuah sultan bernama Meurah yang akan mengunjungi daerah pedesaan di pinggiran kuta raja. Dan banyak sekali rakyat yang mengeluh akan kehilangan hewan-hewan ternaknya. Bahkan ada juga bencana alam yang sering terjadi seperti gempa dan membahayakan banyak orang. Raja memerintahkan renggali untuk menelusuri apa yang terjadi di bukit sana dan sesampainya di sana ia merasa ada yang aneh dengan bukit tersebut lalu ia menaiki lagi bukit itu yang tinggi saat itu dia bingung karena ada muncul air di bawah kakinya. Baca Juga Asal Mula Kota Bandung Dan tiba-tiba ada suara orang teriak minta maaf lalu setelahnya itu Renggali mengaku suara tersebut adalah naga sahabat ayahnya sungguh mengejutkan Renggali saat melihat ternyata bukit itu mirip sekali dengan kepala ular yang tertimbun semak belukar, dan naga itu meminta sultan alam untuk datang langsung menemuinya. Renggali yang hendak menceritakan kisahnya tersebut kepada sultan meurah sesudahnya sultan langsung beranjak ke bukit sesampainya di sana naga tersebut menceritakan kejadian hingga saat sultan alam meninggal dan ia terjebak di bukit ini, ia meminta untuk dihukum namun sang anak tidak ingin melakukannya ataupun menghukumnya. Karena ayahnya tidak ingin menghukumnya apalagi saya, akhirnya sang naga dibebaskan dan mereka mencoba untuk mencari pedang yang ditusukkan ke tubuhnya. Setelah pedang itu terlepas maka sang naga diminta secara langsung oleh sultan untuk kembali ke tempat asalnya yaitu di laut. Lalu dengan sedih hati naga tersebut mulai menggeser tubuhnya secara sedikit demi sedikit lalu menuju ke laut dan hal ini lah yang menyebabkan terbentuknya alur sungai kecil disekeliling dipenuhi dengan rawa-rawa air, dan sekarang sultan memberi nama daerah tersebut dengan Alue Naga. Baca Juga Cerita Rakyat Legenda Batu Raden

CeritaRakyat Alue Naga Asal Aceh. TRIBUNJATENG.COM - Berikut cerita Aluenaga, cerita rakyat asal Aceh. Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang sultan bernama Meurah. Dia kerap berkunjung ke

CeritaRakyat Legenda Alue Naga yang terletak di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh

dividio kali ini kita akan membaca tentang cerita alue naga. bagamana cerita tonton sampai habis y. dan jangan lupa like comen and subscribe# cerita rakyat . 334 363 429 164 397 497 205 457

cerita rakyat alue naga